Sabtu, 24 November 2012

Selamat Datang dan Terima Kasih Atas Kunjungan Anda




Sesungguhnya Terjadi Kerusakan di Darat dan Lautan Adalah Ulah Dari Tangan-Tangan Jahil Manusia______"

 

                                                O l e h

______________________Gazali Alim_____________________




I.     PENDAHULUAN


1.1.  Latar  Belakang
Fitoplankton adalah komponen autotrof  plankton. Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti sinar matahari dan faktor kimia. Komponen autotrof ini berfungsi sebagai produsen, salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan (Dawes, 1981). Peran tersebut di miliki karena mikroorganisme ini memiliki klorofil sehingga mampu melakukan fotosintesis. Dari segi perikanan, fitoplankton cukup mempunyai arti dan peranan yang sangat penting baik secara langung maupun tidak langsung. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi.
Danau Tarakani adalah salah satu danau yang terletak dalam wilayah Kecamatan Galela Kabupaten Halmaher Utara. Danau ini terletak di tengah-tengah Kecamatan Galela sehingga airnya air tawar. Salah satu organisme yang hidup di dalamnya adalah ikan, ini terlihat dari beberapa masyarakat yang melakukan kegiatan budidaya ikan, sehingga dapat diasumsikan bahwa dengan kehadiran ikan tersebut, berarti ada makanan yang tersedia dalam danau tersebut, salah satunya adalah makanan alami berupa fitoplankton. Aspek yang di identifikasi dalam penelitian ini adalah jenis-jenis fitoplankton yang ada di danau Tarakani, namun dengan  keanekaragaman jenis fitoplankton yang hidup di danau ini belum semuanya terungkap. Selain aktivitas budidaya ikan dan penangkapan ikan, juga ada aktivitas masyarakat yang memanfaatkan danau ini untuk mencuci dan mandi di areal danau.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik mengadakan peneltian dengan judul ”Identifikasi Jenis Fitoplankton di Danau Tarakani Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera Utara”.
1.2.       Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1.         Untuk mengetahui jenis-jenis fitoplankton yang terdapat di perairan Danau Tarakani Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera Utara.
2.         Untuk mengidentifikasi jenis fitoplankton yang terdapat di perairan Danau Tarakani Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera Utara.
1.3.       Manfaat
Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi ilmiah kepada masyarakat sekitar tentang jenis-jenis fitoplankton yang ada di Danau Tarakani, sehingga diperoleh informasi mengenai kualitas perairan Danau Tarakani Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera Utara.

II.      TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Pengertian Fitoplankton
Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopik yang melayang-layang dalam air dan mempunyai klorofil sehingga mampu berfotosintesa, Nybakken (1992). Salah satu sifat khas fitoplankton adalah dapat berkembang secara berlipat ganda dalam jangka waktu yang relatif singkat, tumbuh dengan kerapatan tinggi, melimpah, dan terhampar luas (Fachrul, 2007). Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang dengan ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200µm. Menurut Ikeda, (1992) nama fitoplankton diambil dari istilah bahasa Yunani, phyton berarti "Tumbuhan dan planktos, yang berarti "Pengembara" atau "Penghanyut". Jadi fitoplankton adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung di atas permukaan perairan. Suatu perairan dikatakan subur apabila mengandung banyak unsur hara atau nutrien yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam air terutama fitoplankton dan dapat mempercepat pertumbuhannya.
Fitoplankton merupakan organisme pertama yang terganggu karena adanya beban masukan yang diterima oleh perairan. Ini disebabkan karena fitoplankton adalah organisme pertama yang memanfaatkan langsung beban masukan tersebut. Oleh karena itu perubahan yang terjadi dalam perairan sebagai akibat dari adanya beban masukan yang ada akan menyebabkan perubahan pada komposisi komunitas fitoplankton. Maka dari itu keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai indikator kondisi kualitas perairan, selain itu fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator perairan karena sifat hidupnya yang relatif menetap, jangka hidup yang relatif panjang dan mempunyai toleransi spesifik pada lingkungan Effendi (2003).
Semua fitoplankton mempunyai warna, dan sebagian besar warna hijau, karena adanya semacam klorofil (a sampai d). Fitoplankton atau bisa juga disebut alga merupakan flora yang pertama, tetapi sudah mempunyai macam-macam pigmen yang lengkap dan banyak nama-nama golongan alga yang diberi nama latin atas dasar warnanya (Sachlan, 1982).
Menurut Sachlan (1974), fitoplankton merupakan produsen primer sehingga dalam tropik level menempati tingkatan pertama. Lebih lanjut Ikewati, (2004) Fitoplankton merupakan jasad renik yang berukuran kecil. Adanya fitoplankton didalam air merupakan salah satu tanda kesuburan atau tidaknya perairan perairan tersebut. Fitoplankton sangat dibutuhkan dalam perairan karena dapat melakukan proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen.
2.2.   Ekologi  Fitoplankton
Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem terbentuk oleh komponen-komponen hidup dan tidak hidup disuatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur (Soemarwoto, 1997). Ilmu tentang hubungan timbal balik mahluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi. Oleh karena itu permasalahan lingkungan hidup pada hakekatnya adalah permasalahan ekologi (Soemarwoto, 1997). Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan (Sudaryanto, 2006).
Struktur komunitas fitoplankton memperoleh energi melalui proses yang dinamakan fotosintesis sehingga mereka harus berada pada bagian permukaan air (disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen yang memenuhi atmosfer bumi. Kemampuan mereka untuk mensintesis sendiri bahan organiknya menjadikan mereka sebagai dasar dari sebagian besar rantai makanan di ekosistem lautan dan di ekosistem air tawar (Richtel, 2007). Proses fotosintesis ini merupakan proses pertama yang berhubungan dengan produktivitas primer dari ekosistem. CO2 yang akan di gunakan untuk fotosintesis di hasilkan dari proses respirasi yang di lakukan oleh populasi hewan dan tanaman di perairan tersebut, termasuk alga (Sachlan, 1982).
Kelimpahan jenis fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Perubahan terhadap kualitas perairan erat hubungannya dengan potensi perairan ditinjau dari komposisi fitoplankton. Salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan Effendi (2003) . Oleh karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak. Fitoplankton juga merupakan penyumbang oksigen terbesar di dalam perairan baik air tawar maupun laut. Dengan adanya fitoplankton yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya.
2.3.  Parameter Lingkungan
2.3.1.      Parameter Fisika
a.    Suhu
Suhu merupakan faktor pembatas utama karena organisme akuatik  seringkali mempunyai toleransi yang sangat sempit. Perubahan suhu menyebabkan pola sirkulasi yang khas yang amat mempengaruhi kehidupan akuatik (Odum, 1997). Secara teoritis, sumber utama untuk kehidupan fitoplankton adalah cahaya dari atas dan zat hara yang disuplai dari bawah. Perubahan suhu pada suatu badan air berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi perairan tersebut. Lebih lanjut (Effendi, 2003). mengemukakan bahwa kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat yaitu :
a.       Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun.
b.      Kecepatan reaksi kimia meningkat.
c.        Kehidupan hewan air lainnya terganggu.
Perubahan suhu jika sampai pada batas suhu yang mematikan atau terlampaui, hewan air lainnya akan mati. Tumbuhan air lainnya (Alga) akan tumbuh dengan baik pada suhu 30°C - 35°C serta fitoplankton pada suhu 20°C - 30°C. Suhu alami air danau adalah suhu normal dimana organisme dapat hidup sesuai dengan oksigen yang dibutuhkan. Secara langsung maupun tidak langsung, suhu berperan dalam ekologi dan distribusi fitoplankton, (Subarijanti, 1994). Suhu mempunyai efek langsung dan tidak langsung terhadap fitoplankton. Efek langsung yaitu toleransi organisme terhadap keadaan suhu, sedangkan efek tidak langsung yaitu melalui lingkungan misalnya dengan kenaikan suhu air sampai batas tertentu akan menurunkan kelarutan oksigen dan kematian pada organisme, (Sudaryanti, 1989). Pada umumnya suhu optimal pada perkembangan fitoplankton adalah antara 290C – 30 0C tetapi fitoplankton berkembang dengan baik pada suhu 25 0C atau lebih (Effendi, 2003).
b.   Kecerahan
Transparansi air berhubungan dengan kedalaman air, dimana hubungannya adalah pada daya tembus atau intensitas penetrasi cahaya matahari. Semakin dalam suatu perairan, maka akan semakin kecil daya tembus cahayanya. Penetrasi cahaya ini berhubungan juga dengan fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya (Cholik 1991).
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang di amati secara visual dengan alat bantu yang di sebut “Secchi Disk”. Keadaan cuaca, kekeruhan air dan waktu pengamatan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran. Kecerahan dapat di gunakan untuk menduga kepadatan fitoplankton bila kekeruhan perairan terutama di sebabkan oleh fitoplankton. Pengukuran kecerahan sebaiknya di lakukan pada saat cuaca cerah antara pukul 09.00-15.00 dan matahari tidak tertutup awan. Di danau hanya 0,056% dari total energi radiasi yang jatuh dipermukaan bumi yang dimanfaatkan oleh fitoplankton setiap tahun dan di perairan sangat produktif hanya dapat menggunakan energi ini sekitar 3%, (Mahmudi, 2005).
2.3.2.      Parameter Kimia
a.  Derajat Keasaman ( pH )
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hydrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasahan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa, (Effendi, 2003). Adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasahan air, sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman suatu perairan.
Menurut Effendi (2003), mengklasifikasikan nilai pH berdasarkan pengaruhnya terhadap  biota perairan seperti yang dijelaskan pada tabel  berikut :
Table 1. Klasifikasi nilai pH berdasarkan pengaruhnya terhadap  biota perairan :
No
Nilai pH
Pengaruh Umum
1
6,0 – 6,5
Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun
2
5,5 – 6,0
Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin tampak.
3
5,0 – 5,5
Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, dan bentos semakin besar.
4
4,5 – 5,0
Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton, dan bentos semakin besar.
Kisaran pH optimal untuk fitoplankton perairan air tawar biasanya antara 7-9. Effendi, (2003).  Sedangkan kisaran optimum untuk fitoplankton perairan air laut antara 7.5-8.5. (Effendi, 2003). Effendi juga menjelaskan bahwa pada umumnya pH air nilainya relatif stabil, namun perubahan nilainya sangat berpengaruh terhadap proses kimia maupun biologis dari jasad hidup yang berada dalam perairan tersebut. pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Pada pH <4,5, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah.
b.   Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut dalam air pada umumnya berasal dari difusi oksigen udara melalui permukaan air pada siang hari. Oksigen merupakan faktor penting bagi kehidupan makro dan mikroorganisme perairan karena diperlukan untuk proses pernafasan. Oksigen terlarut dalam suatu perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembang biak. Sumber utama oksigen terlarut berasal dari atmosfir dan proses fotosintesis dan dari tumbuhan air lainnya. Jumlah oksigen terlarut di suatu ekosistem danau dipengaruhi oleh faktor temperatur. Kelarutan Oksigen dalam air akan meningkat apabila temperatur air menurun dan begitu juga sebaliknya (Effendi, 2003).
Sumber oksigen terlarut di perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Penurunan DO dapat disebabkan oleh pencemaran air yang mengandung bahan organik sehingga menyebabkan organisme terganggu. Semakin kecil nilai DO  maka pencemaran makin tinggi. Kadar oksigen terlarut di perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/liter (Effendi 2003). Lebih lanjut Lumbantobing (1996), menggolongkan kualitas air di perairan tenang menjadi lima golongan berdasarkan kandungan oksigen terlarut seperti yang terlihat dalam Tabel berikut.
Table 2. Penggolongan kualitas air berdasarkan kandungan Oksigen terlarut menurut Lumbantobing (1996).
Golongan
Kandungan Oksigen Terlarut (ppm)
Status Kualitas Air
I
6.0
Sangat baik
II
5.0
Baik
III
< 4.0
Cukup
VI
< 2.0
Kritis
V
1.0
Sangat buruk


III.       METODOLOGI PKL
3.1. Tempat dan Waktu PKL
Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini di laksanakan di Danau Tarakani Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera Utara. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada tanggal 27 September 2011.




Gambar 1. Peta Lokasi PKL



3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan pada PKL dapat dilihat pada Table 3.
Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan dalam PKL.
No
Alat dan bahan
Kegunaan
1
Plankton net
Mengambil sampel fitoplankton
2
Botol aqua
Wadah penampung sampel fitoplankton
3
Pipet tetes
Mengambil sampel air (fitoplankton)
4
Kaca preparat
Meletakkan sampel air  yang diamati
5
Alkohol
Pengawetan sampel fitoplankton
6
Mikroskop electron
Mengamati fitoplankton
7
Thermometer
Mengukur suhu
8
pH meter
Mengukur pH
9
DO meter
Mengukur oksigen terlarut
10
Buku identifikasi fitoplankton
Panduan identifikasi fitoplankton
11
Kamera digital
Dokumentasi
12
Alat tulis menulis
Mencatat data
13
Horiba
Mengukur salinitas
14
Tali
Mengukur kadalaman
15
Ember
Pengambilan sampel air
Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh populasi yang diamati yaitu semua jenis fitoplankton yang ada di perairan Danau Tarakani Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera Utara.
3.3. Teknik Pengembilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik observasi, yaitu terjun langsung ke lapangan untuk mengidentifikasi fitoplankton di perairan Danau Tarakani Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera Utara. Pengambilan sampel dilakukan dengan perwakilan tiga Desa, stasiun pertama terletak di Desa Seki, stasiun kedua terletak di Desa Togawa Swering dan stasiun ketiga terletak di Desa Duma.
Sampel air di ambil dengan menggunakan ember berukuran 5 liter, disaring sebanyak 20 kali kedalam planktonet berukuran 25 μm.  Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam botol volume 110 ml, yang telah di beri label sesuai dengan titik pengambilan sampel dan kemudian diawetkan dengan menggunakan formalin 70%. Kemudian sampel tersebut di bawah ke Laboratorium Karantina Ikan Kelas 1B Kel. Toloko Kota Ternate untuk di identifikasi. Proses identifikasi yaitu sampel diambil dengan menggunakan pipet dengan volume tetes 0,2 ml, untuk selanjutnya diletakkan di atas kaca preparat dan diamati di bawah mikroskop elektron dengan pembesaran 10 x 45. Identifikasi fitoplankton dengan menggunakan petunjuk Sachlan (1982).


3.4.  Pengukuran Parameter Lingkungan
Sebagai data penunjang perlu dilakukan pengukuran parameter lingkungan seperti salinitas, suhu, pH, dan Kelarutan Oksigen (DO) dengan pengulangan sebanyak 3x untuk masing-masing parameter. Cara pengukuran parameter lingkungan adalah sebagai berikut :
a.    Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer. Alat thermometer dicelupkan ke air selama beberapa detik. Lalu  dibaca skala yang tertera sesuai dengan pergerakan air raksa selanjutnya di catat.
b.   Salinitas
Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan alat handrefraktometer. Pada kaca handrefraktometer dioleskan aquades untuk membuat standar angka nol. kemudian dilakukan pengambilan air tawar dengan menggunakan pipet tetes. Selanjutnya diteteskan pada kaca objek handrefraktometer. Lalu diadakan pembacaan angka dengan mengarahkan handrefraktometer pada sumber cahaya selanjutnya di catat.
c.    Kecerahan
Pengukuran kecerahan dengan menggunakan “Secchi Disk”. Membelakangi sinar matahari kemudian Sechi Disk diturunkan sampai hampir tidak tampak, selanjutnya catat kedalanmannya. Selanjutnya Sechi Disk di turunkan sedikit lagi hingga tidak tampak, kemudian angkat secara perlahan, begitu tampak catat kedalamannya.
d.   pH
Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan pH meter. pH air dicelupkan ke dalam air beberapa menit. Kemudian  dibaca skala yang tertera kemudian di catat.
e.    Oksigen Terlarut (DO)
Pengukuran oksigen terlarut dengan menggunakan DO meter. DO meter dicelupkan ke air selama beberapa detik. Lalu dilihat skala yang tertera kemudian di catat.






IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi PKL
Galela adalah sebuah wilayah yang terletak pesisir pantai bagian utara pulau Halmahera di Kabupaten Halmahera Utara Propinsi Maluku Utara, dan letaknya sangat strategis karena berada di bibir laut Pasifik, yang memisahkan dengan pulau morotai yang juga diapit oleh dua wilayah yaitu Kecamatan Tobelo dan Kecamatan Loloda, dengan batas wilayahnya adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Loloda, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tobelo sebelah Timur dengan laut pasifik dan pulau Morotai dan sebelah Barat dengan Kecamatan Ibu.
Galela merupakan wilayah yang beriklim tropis, maka keadaan alamnya sangat menentukan potensi bagi penghidupan masyarakat petani, sebab pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Dan yang sangat menarik dari wilayah tersebut adalah terdapat sebuah danau yang besar, dimana danau ini dikelilingi oleh desa-desa yang berada dipedalaman yakni di kecamatan Galela Selatan Dan Kecamatan Galela Barat, sehingga semakin menambah keindahan panorama alam disekitarnya dimana  sekarang oleh pemerintah Kabupaten Halmahera Utara telah menetapkan danau Galela sebagai tempat wisata Danau sehingga sekarang masyarakat Halmahera Utara di setiap hari libur selalu berkunjung ke tempat ini, tempat wisata danau ini tepat berada dikecamatan Galela Barat. Sedangkan Di Kecamatan Galela Selatan terdapat restoran terapung di atas danau dengan menu ikan Mujair bakar segar. Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan pada tiga stasiun dengan tiga titik. Pengukuran dilakukan dengan perwakilan tiga Desa. Stasiun pertama terletak pada desa Seki, substrat pada titik ini adalah pasir berlumpur. Pada stasiun kedua terletak pada Desa Togawa Swering dengan substrat lumpur berpasir, dan stasiun ketiga terletak pada Desa Duma substratnya pasir berlumpur.
4.2. Komposisi Fitoplankton
Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi fitoplankton di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan Kelas 1B Kelurahan Toloko Kota Ternate diperoleh jenis-jenis fitoplankton yang terdiri dari 4 Filum, 6 Klas dan 13 Spesies sebagaimana terlampir pada Tabel berikut :
Tabel 4. Hasil identifikasi jenis fitoplankton yang di temukan di perairan Danau Tarakani Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera Utara.
No
Filum
Klas
Species
1
Bacillariophyta
Bacillariophyceae
Coscinodiscus
2
Bacillariophyta
Centrophyceae
Rhizosolenia delicatula
3
Bacillariophyta
Bacillariophyceae
Melosira
4
Chlorophyta
Chlorophyceae
Cladophora
5
Chlorophyta
Closteriaceae
Closterium
6
Chrysophyta
Chrysophyceae
Chaetoceros sp
7
Chlorophyta
Chlorophyceae
Mougeotia
8
Pyrrophycophyta
Dinophyceae
Ceratium fusus
9
Chlorophyta
Chlorophyceae
Ulothrix
10
Bacillariophyta
Bacillariophyceae
Bacillaria
11
Bacillariophyta
Bacillariophyceae
Cylotella
12
Charophyta
Charophyceae
Staurastrum
13
Chrysophyta
Chrysophyceae
Peridinium quinquecorne
Hasil analisis data yang di peroleh pada lokasi pengamatan, fitoplankton terdistribusi hampir secara merata pada ketiga stasiun. Jumlah individu yang di temukan pada tiga stasiun adalah 422 individu. Secara keseluruhan mencakup            4 filum, 6 kelas dan 13 species.
            Jumlah individu fitoplankton yang tertinggi di temukan pada stasiun I (Desa Seki) dengan jumlah individu 158.  Selanjutnya pada stasiun III (Desa Duma) dengan jumlah individu sebanyak 136. Sedangkan jumlah individu yang terendah di temukan pada stasiun II (Desa Togawa Swering) dengan jumlah 128 individu. Dapat di lihat pada gambar berikut ini.






Gambar 2. Hasil perolehan fitoplankton dari tiga stasiun.