Sesungguhnya Terjadi Kerusakan di Darat dan Lautan Adalah Ulah Dari Tangan-Tangan Jahil Manusia______"
O l e h
______________________Gazali Alim_____________________
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fitoplankton adalah
komponen autotrof plankton. Autotrof
adalah organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri
yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti sinar
matahari dan faktor kimia. Komponen autotrof ini berfungsi sebagai produsen, salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu merupakan
dasar dari mata rantai pakan di perairan (Dawes, 1981). Peran tersebut di
miliki karena mikroorganisme ini memiliki klorofil sehingga mampu melakukan
fotosintesis. Dari
segi perikanan, fitoplankton cukup mempunyai arti dan peranan yang sangat
penting baik secara langung maupun tidak langsung. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan
saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas
cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara
nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan
oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi.
Danau Tarakani adalah salah satu danau
yang terletak dalam wilayah Kecamatan
Galela Kabupaten Halmaher Utara. Danau ini terletak di tengah-tengah Kecamatan Galela sehingga airnya air
tawar. Salah satu organisme yang hidup di dalamnya adalah ikan, ini terlihat
dari beberapa masyarakat yang melakukan kegiatan budidaya ikan, sehingga dapat diasumsikan bahwa dengan kehadiran
ikan tersebut, berarti ada makanan yang tersedia dalam danau tersebut, salah
satunya adalah makanan alami berupa fitoplankton. Aspek yang di identifikasi dalam penelitian ini adalah jenis-jenis
fitoplankton yang ada di danau Tarakani, namun dengan keanekaragaman jenis fitoplankton yang hidup di danau ini belum semuanya terungkap. Selain aktivitas budidaya
ikan dan penangkapan ikan, juga ada
aktivitas masyarakat yang memanfaatkan danau ini untuk mencuci dan
mandi di areal danau.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis
tertarik mengadakan peneltian dengan judul ”Identifikasi Jenis Fitoplankton di Danau Tarakani Kecamatan
Galela Kabupaten Halmahera Utara”.
1.2. Tujuan
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui :
1.
Untuk mengetahui jenis-jenis
fitoplankton yang terdapat di perairan Danau Tarakani Kecamatan Galela
Kabupaten Halmahera Utara.
2.
Untuk mengidentifikasi jenis fitoplankton
yang terdapat di perairan Danau Tarakani Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera
Utara.
1.3. Manfaat
Manfaat yang di harapkan dari penelitian
ini adalah sebagai bahan informasi ilmiah kepada masyarakat
sekitar tentang jenis-jenis fitoplankton yang ada di Danau Tarakani, sehingga
diperoleh informasi mengenai kualitas perairan Danau Tarakani Kecamatan Galela
Kabupaten Halmahera Utara.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Fitoplankton
Fitoplankton adalah
tumbuhan mikroskopik yang melayang-layang dalam air dan mempunyai klorofil
sehingga mampu berfotosintesa, Nybakken (1992). Salah satu sifat khas
fitoplankton adalah dapat berkembang secara berlipat ganda dalam jangka waktu
yang relatif singkat, tumbuh dengan kerapatan tinggi, melimpah, dan terhampar
luas (Fachrul, 2007). Fitoplankton disebut juga plankton
nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang dengan ukurannya
sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya
fitoplankton berukuran 2 – 200µm. Menurut Ikeda, (1992) nama fitoplankton
diambil dari istilah bahasa Yunani, phyton
berarti "Tumbuhan dan planktos, yang
berarti "Pengembara" atau "Penghanyut". Jadi fitoplankton
adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung di atas permukaan perairan. Suatu perairan dikatakan subur
apabila mengandung banyak unsur hara atau nutrien yang dapat mendukung
kehidupan organisme dalam air terutama fitoplankton dan dapat mempercepat
pertumbuhannya.
Fitoplankton
merupakan organisme pertama yang terganggu karena adanya beban masukan yang
diterima oleh perairan. Ini disebabkan karena fitoplankton adalah organisme
pertama yang memanfaatkan langsung beban masukan tersebut. Oleh karena itu
perubahan yang terjadi dalam perairan sebagai akibat dari adanya beban masukan
yang ada akan menyebabkan perubahan pada komposisi komunitas fitoplankton. Maka
dari itu keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai indikator kondisi
kualitas perairan, selain itu fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator
perairan karena sifat hidupnya yang relatif menetap, jangka hidup yang relatif
panjang dan mempunyai toleransi spesifik pada lingkungan Effendi (2003).
Semua
fitoplankton mempunyai warna, dan sebagian besar warna hijau, karena adanya
semacam klorofil (a sampai d). Fitoplankton atau bisa juga disebut alga
merupakan flora yang pertama, tetapi sudah mempunyai macam-macam pigmen yang
lengkap dan banyak nama-nama golongan alga yang diberi nama latin atas dasar
warnanya (Sachlan, 1982).
Menurut
Sachlan (1974), fitoplankton merupakan produsen primer sehingga dalam tropik level
menempati tingkatan pertama. Lebih lanjut Ikewati, (2004) Fitoplankton
merupakan jasad renik yang berukuran kecil. Adanya fitoplankton didalam air
merupakan salah satu tanda kesuburan atau tidaknya perairan perairan tersebut. Fitoplankton
sangat dibutuhkan dalam perairan karena dapat melakukan proses fotosintesis
yang menghasilkan oksigen.
2.2. Ekologi Fitoplankton
Suatu
konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem yaitu suatu sistem ekologi
yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem terbentuk oleh komponen-komponen hidup dan
tidak hidup disuatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang
teratur (Soemarwoto, 1997). Ilmu tentang hubungan timbal balik mahluk hidup
dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi. Oleh karena itu permasalahan
lingkungan hidup pada hakekatnya adalah permasalahan ekologi (Soemarwoto,
1997). Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi
makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi
dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan (Sudaryanto, 2006).
Struktur komunitas fitoplankton memperoleh energi
melalui proses yang dinamakan fotosintesis sehingga mereka harus berada pada
bagian permukaan air (disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau atau
kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak
oksigen yang memenuhi atmosfer bumi. Kemampuan mereka untuk mensintesis sendiri bahan
organiknya menjadikan mereka sebagai dasar dari sebagian besar rantai makanan di ekosistem lautan dan
di ekosistem air tawar (Richtel,
2007). Proses
fotosintesis ini merupakan proses pertama yang berhubungan dengan produktivitas
primer dari ekosistem. CO2 yang akan di gunakan untuk fotosintesis di
hasilkan dari proses respirasi yang di lakukan oleh populasi hewan dan tanaman
di perairan tersebut, termasuk alga (Sachlan, 1982).
Kelimpahan jenis fitoplankton di suatu perairan
dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya.
Perubahan terhadap kualitas perairan erat hubungannya dengan potensi perairan
ditinjau dari komposisi fitoplankton. Salah satu ciri khas organisme
fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan Effendi
(2003) . Oleh karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan
karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak. Fitoplankton
juga merupakan penyumbang oksigen terbesar di dalam perairan baik air tawar
maupun laut. Dengan adanya fitoplankton yang dapat hidup karena zat-zat
tertentu yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan perairan yang
sesungguhnya.
2.3. Parameter Lingkungan
2.3.1. Parameter
Fisika
a.
Suhu
Suhu merupakan faktor pembatas utama karena organisme
akuatik seringkali mempunyai toleransi
yang sangat sempit. Perubahan suhu menyebabkan pola sirkulasi yang khas yang
amat mempengaruhi kehidupan akuatik (Odum, 1997). Secara teoritis, sumber utama
untuk kehidupan fitoplankton adalah cahaya dari atas dan zat hara yang disuplai
dari bawah. Perubahan suhu pada suatu badan air berpengaruh terhadap proses
fisika, kimia dan biologi perairan tersebut. Lebih lanjut (Effendi,
2003). mengemukakan bahwa kenaikan suhu air
akan menimbulkan beberapa akibat yaitu :
a. Jumlah oksigen terlarut di dalam air
menurun.
b. Kecepatan reaksi kimia meningkat.
c. Kehidupan hewan air lainnya terganggu.
Perubahan suhu jika sampai pada batas suhu yang mematikan
atau terlampaui, hewan air lainnya akan mati. Tumbuhan air lainnya (Alga) akan
tumbuh dengan baik pada suhu 30°C - 35°C serta fitoplankton pada suhu 20°C -
30°C. Suhu alami air danau adalah suhu normal dimana organisme dapat hidup
sesuai dengan oksigen yang dibutuhkan. Secara langsung maupun tidak langsung, suhu berperan dalam
ekologi dan distribusi fitoplankton, (Subarijanti, 1994). Suhu mempunyai efek
langsung dan tidak langsung terhadap fitoplankton. Efek langsung yaitu
toleransi organisme terhadap keadaan suhu, sedangkan efek tidak langsung
yaitu melalui lingkungan misalnya dengan kenaikan suhu air sampai batas
tertentu akan menurunkan kelarutan oksigen dan kematian pada organisme, (Sudaryanti,
1989). Pada umumnya suhu optimal pada perkembangan
fitoplankton adalah antara 290C – 30 0C tetapi
fitoplankton berkembang dengan baik pada suhu 25 0C atau lebih (Effendi,
2003).
b. Kecerahan
Transparansi air berhubungan dengan kedalaman air, dimana
hubungannya adalah pada daya tembus atau intensitas penetrasi cahaya matahari. Semakin
dalam suatu perairan, maka akan semakin kecil daya tembus cahayanya. Penetrasi cahaya
ini berhubungan juga dengan fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air
lainnya (Cholik 1991).
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang di
amati secara visual dengan alat bantu yang di sebut “Secchi Disk”. Keadaan
cuaca, kekeruhan air dan waktu pengamatan sangat berpengaruh terhadap hasil
pengukuran. Kecerahan dapat di gunakan untuk menduga kepadatan fitoplankton
bila kekeruhan perairan terutama di sebabkan oleh fitoplankton. Pengukuran
kecerahan sebaiknya di lakukan pada saat cuaca cerah antara pukul 09.00-15.00
dan matahari tidak tertutup awan. Di danau hanya 0,056% dari total energi radiasi yang jatuh
dipermukaan bumi yang dimanfaatkan oleh fitoplankton setiap tahun dan di
perairan sangat produktif hanya dapat menggunakan energi ini sekitar 3%,
(Mahmudi, 2005).
2.3.2.
Parameter
Kimia
a.
Derajat Keasaman ( pH )
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau
aktivitas ion hydrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan
seberapa besar tingkat keasaman atau kebasahan suatu perairan. Perairan dengan
nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam,
sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa, (Effendi, 2003).
Adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasahan air,
sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman
suatu perairan.
Menurut Effendi
(2003), mengklasifikasikan nilai pH berdasarkan pengaruhnya terhadap biota perairan seperti yang dijelaskan pada
tabel berikut :
Table 1. Klasifikasi nilai pH
berdasarkan pengaruhnya terhadap biota
perairan :
No
|
Nilai pH
|
Pengaruh Umum
|
1
|
6,0 – 6,5
|
Keanekaragaman plankton dan bentos
sedikit menurun
|
2
|
5,5 – 6,0
|
Penurunan nilai keanekaragaman
plankton dan bentos semakin tampak.
|
3
|
5,0 – 5,5
|
Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, dan
bentos semakin besar.
|
4
|
4,5 – 5,0
|
Penurunan keanekaragaman dan
komposisi jenis plankton, perifiton, dan bentos semakin besar.
|
Kisaran pH optimal untuk fitoplankton perairan air
tawar biasanya antara 7-9. Effendi, (2003). Sedangkan kisaran
optimum untuk fitoplankton perairan air laut antara 7.5-8.5. (Effendi, 2003). Effendi
juga menjelaskan bahwa pada umumnya pH air nilainya relatif stabil, namun
perubahan nilainya sangat berpengaruh terhadap proses kimia maupun biologis
dari jasad hidup yang berada dalam perairan tersebut. pH juga mempengaruhi
toksisitas suatu senyawa kimia. Pada pH <4,5, sebagian besar tumbuhan air
mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah.
b.
Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut adalah
gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut dalam air pada umumnya berasal dari difusi oksigen
udara melalui permukaan air pada siang hari. Oksigen merupakan faktor penting
bagi kehidupan makro dan mikroorganisme perairan karena diperlukan untuk proses
pernafasan. Oksigen terlarut dalam suatu perairan merupakan
faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan
berkembang biak. Sumber utama oksigen terlarut berasal dari atmosfir dan proses
fotosintesis dan dari tumbuhan air lainnya. Jumlah oksigen terlarut di suatu
ekosistem danau dipengaruhi oleh faktor temperatur. Kelarutan Oksigen dalam air
akan meningkat apabila temperatur air menurun dan begitu juga sebaliknya (Effendi,
2003).
Sumber oksigen terlarut di perairan dapat berasal dari
difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas
fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Penurunan DO dapat disebabkan oleh pencemaran air yang
mengandung bahan organik sehingga menyebabkan organisme terganggu. Semakin
kecil nilai DO maka pencemaran makin
tinggi. Kadar
oksigen terlarut di perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/liter (Effendi
2003). Lebih lanjut Lumbantobing
(1996), menggolongkan kualitas air di perairan tenang menjadi lima golongan
berdasarkan kandungan oksigen terlarut seperti yang terlihat dalam Tabel berikut.
Table 2. Penggolongan kualitas air
berdasarkan kandungan Oksigen terlarut menurut Lumbantobing (1996).
Golongan
|
Kandungan
Oksigen Terlarut (ppm)
|
Status Kualitas
Air
|
I
|
6.0
|
Sangat baik
|
II
|
5.0
|
Baik
|
III
|
< 4.0
|
Cukup
|
VI
|
< 2.0
|
Kritis
|
V
|
1.0
|
Sangat buruk
|
III. METODOLOGI PKL
3.1.
Tempat dan Waktu PKL
Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini di laksanakan di Danau Tarakani
Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera Utara. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada tanggal
27 September 2011.
Gambar 1. Peta Lokasi PKL
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan pada PKL dapat dilihat pada Table 3.
Tabel 3.
Alat dan bahan yang digunakan dalam PKL.
No
|
Alat dan bahan
|
Kegunaan
|
1
|
Plankton net
|
Mengambil sampel fitoplankton
|
2
|
Botol aqua
|
Wadah penampung sampel fitoplankton
|
3
|
Pipet tetes
|
Mengambil sampel air (fitoplankton)
|
4
|
Kaca preparat
|
Meletakkan sampel air
yang diamati
|
5
|
Alkohol
|
Pengawetan sampel fitoplankton
|
6
|
Mikroskop electron
|
Mengamati fitoplankton
|
7
|
Thermometer
|
Mengukur suhu
|
8
|
pH meter
|
Mengukur pH
|
9
|
DO meter
|
Mengukur oksigen terlarut
|
10
|
Buku identifikasi fitoplankton
|
Panduan identifikasi fitoplankton
|
11
|
Kamera digital
|
Dokumentasi
|
12
|
Alat tulis menulis
|
Mencatat data
|
13
|
Horiba
|
Mengukur salinitas
|
14
|
Tali
|
Mengukur kadalaman
|
15
|
Ember
|
Pengambilan sampel air
|
Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh
populasi
yang diamati yaitu semua jenis fitoplankton yang ada di perairan Danau Tarakani Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera Utara.
3.3. Teknik
Pengembilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
observasi, yaitu terjun langsung ke lapangan untuk mengidentifikasi
fitoplankton di perairan Danau Tarakani
Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera Utara. Pengambilan sampel dilakukan dengan perwakilan tiga Desa,
stasiun pertama terletak di Desa Seki, stasiun kedua terletak di Desa Togawa
Swering dan stasiun ketiga terletak di Desa Duma.
Sampel air di
ambil dengan menggunakan ember berukuran 5 liter, disaring sebanyak 20 kali kedalam planktonet berukuran 25 μm. Hasil penyaringan
dimasukkan ke dalam botol volume 110 ml, yang telah di beri label sesuai dengan
titik pengambilan sampel dan kemudian diawetkan dengan menggunakan formalin 70%. Kemudian sampel
tersebut di bawah ke Laboratorium Karantina
Ikan Kelas 1B
Kel. Toloko Kota Ternate untuk di identifikasi. Proses identifikasi yaitu sampel diambil
dengan menggunakan pipet dengan volume tetes 0,2 ml, untuk selanjutnya diletakkan di
atas kaca preparat dan diamati di bawah mikroskop elektron dengan pembesaran 10
x 45. Identifikasi fitoplankton
dengan menggunakan petunjuk Sachlan (1982).
3.4. Pengukuran Parameter Lingkungan
Sebagai data penunjang perlu dilakukan pengukuran parameter lingkungan
seperti salinitas, suhu, pH, dan Kelarutan Oksigen (DO) dengan pengulangan
sebanyak 3x untuk masing-masing parameter. Cara pengukuran parameter lingkungan
adalah sebagai berikut :
a. Suhu
Pengukuran suhu
dilakukan dengan menggunakan thermometer. Alat thermometer dicelupkan ke air
selama beberapa detik. Lalu dibaca skala
yang tertera sesuai dengan pergerakan air raksa selanjutnya di catat.
b. Salinitas
Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan alat handrefraktometer. Pada kaca handrefraktometer dioleskan aquades untuk membuat standar
angka nol. kemudian dilakukan pengambilan air tawar dengan menggunakan pipet
tetes. Selanjutnya diteteskan pada kaca objek handrefraktometer. Lalu diadakan
pembacaan angka dengan mengarahkan handrefraktometer pada sumber cahaya
selanjutnya di catat.
c. Kecerahan
Pengukuran kecerahan dengan menggunakan “Secchi Disk”. Membelakangi
sinar matahari kemudian Sechi Disk diturunkan sampai hampir tidak tampak, selanjutnya
catat kedalanmannya. Selanjutnya Sechi Disk di turunkan sedikit lagi hingga
tidak tampak, kemudian angkat secara perlahan, begitu tampak catat
kedalamannya.
d.
pH
Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan pH meter. pH air dicelupkan
ke dalam air beberapa menit. Kemudian
dibaca skala yang tertera kemudian di catat.
e.
Oksigen Terlarut (DO)
Pengukuran oksigen terlarut dengan menggunakan DO meter. DO
meter dicelupkan ke air selama beberapa detik. Lalu dilihat skala yang tertera
kemudian di catat.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Lokasi PKL
Galela adalah sebuah wilayah yang terletak pesisir
pantai bagian utara pulau Halmahera di Kabupaten Halmahera Utara Propinsi
Maluku Utara, dan letaknya sangat strategis karena berada di bibir laut
Pasifik, yang memisahkan dengan pulau morotai yang juga diapit oleh dua wilayah
yaitu Kecamatan Tobelo dan Kecamatan Loloda, dengan batas wilayahnya adalah
sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Loloda, sebelah Selatan berbatasan
dengan Kecamatan Tobelo sebelah Timur dengan laut pasifik dan pulau Morotai dan
sebelah Barat dengan Kecamatan Ibu.
Galela merupakan wilayah yang beriklim tropis, maka
keadaan alamnya sangat menentukan potensi bagi penghidupan masyarakat petani,
sebab pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Dan yang
sangat menarik dari wilayah tersebut adalah terdapat sebuah danau yang besar,
dimana danau ini dikelilingi oleh desa-desa yang berada dipedalaman yakni di
kecamatan Galela Selatan Dan Kecamatan Galela Barat, sehingga semakin menambah keindahan
panorama alam disekitarnya dimana
sekarang oleh pemerintah Kabupaten Halmahera Utara telah menetapkan
danau Galela sebagai tempat wisata Danau sehingga sekarang masyarakat Halmahera
Utara di setiap hari libur selalu berkunjung ke tempat ini, tempat wisata danau
ini tepat berada dikecamatan Galela Barat. Sedangkan Di Kecamatan Galela
Selatan terdapat restoran terapung di atas danau dengan menu ikan Mujair bakar
segar. Praktek Kerja Lapangan ini
dilakukan pada tiga stasiun dengan tiga titik. Pengukuran dilakukan dengan perwakilan
tiga Desa. Stasiun pertama terletak pada desa Seki, substrat pada titik ini adalah
pasir berlumpur. Pada stasiun kedua terletak pada Desa Togawa Swering dengan
substrat lumpur berpasir, dan stasiun ketiga terletak pada Desa Duma
substratnya pasir berlumpur.
4.2. Komposisi
Fitoplankton
Berdasarkan hasil pengamatan
dan identifikasi fitoplankton di Laboratorium
Stasiun
Karantina Ikan Kelas 1B
Kelurahan Toloko Kota Ternate diperoleh
jenis-jenis fitoplankton yang terdiri dari 4 Filum, 6 Klas dan 13 Spesies sebagaimana
terlampir pada Tabel berikut :
Tabel
4. Hasil identifikasi jenis fitoplankton yang di temukan di perairan Danau
Tarakani Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera Utara.
No
|
Filum
|
Klas
|
Species
|
1
|
Bacillariophyta
|
Bacillariophyceae
|
Coscinodiscus
|
2
|
Bacillariophyta
|
Centrophyceae
|
Rhizosolenia delicatula
|
3
|
Bacillariophyta
|
Bacillariophyceae
|
Melosira
|
4
|
Chlorophyta
|
Chlorophyceae
|
Cladophora
|
5
|
Chlorophyta
|
Closteriaceae
|
Closterium
|
6
|
Chrysophyta
|
Chrysophyceae
|
Chaetoceros sp
|
7
|
Chlorophyta
|
Chlorophyceae
|
Mougeotia
|
8
|
Pyrrophycophyta
|
Dinophyceae
|
Ceratium
fusus
|
9
|
Chlorophyta
|
Chlorophyceae
|
Ulothrix
|
10
|
Bacillariophyta
|
Bacillariophyceae
|
Bacillaria
|
11
|
Bacillariophyta
|
Bacillariophyceae
|
Cylotella
|
12
|
Charophyta
|
Charophyceae
|
Staurastrum
|
13
|
Chrysophyta
|
Chrysophyceae
|
Peridinium quinquecorne
|
Hasil analisis data
yang di peroleh pada lokasi pengamatan, fitoplankton terdistribusi hampir
secara merata pada ketiga stasiun. Jumlah individu yang di temukan pada tiga
stasiun adalah 422 individu. Secara keseluruhan mencakup 4 filum, 6 kelas dan 13 species.
Jumlah
individu fitoplankton yang tertinggi di temukan pada stasiun I (Desa Seki)
dengan jumlah individu 158. Selanjutnya
pada stasiun III (Desa Duma) dengan jumlah individu sebanyak 136. Sedangkan jumlah
individu yang terendah di temukan pada stasiun II (Desa Togawa Swering) dengan
jumlah 128 individu. Dapat di lihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2. Hasil perolehan
fitoplankton dari tiga stasiun.